Kegiatan sederhana untuk Bumi
“Berterimakasihlah pada bumi karena kita sudah diperbolehkan tinggal disini”
Akhir-akhir ini selalu terngiang kata-kata itu. Terutama setelah menonton perbincangan Gita Wirjawan dalam channel Youtube Endgame yang sangat mendalam dengan seorang aktivis lingkungan yang sangat peduli dengan tanah, bernama Sadhguru. Perbincangan ini menjadi refleksi kita sebagai manusia dan merupakan salah satu sesi podcast yang paling mencerahkan.
Juga setelah membaca buku yang berjudul “Hidden Life of Tree”. Sadarkah kita bahwa jumlah makhluk hidup yang ada di bawah tanah jauh lebih banyak daripada yang ada dipermukaan? seperti jamur, cacing, bakteri dan masih banyak lagi. Bagaimana hebatnya cara kerja jamur menghubungkan akar-akar tanaman agar dapat berkomunikasi dan berbagi makanan.
Perubahan iklim yang terjadi, kualitas lingkungan yang menurun drastis karena eksploitasi besar-besaran serta berbagai macam penyakit yang banyak sekali bermunculan menjadikan refleksi bagi kita apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang harus kita lakukan. Lebih menghargai bumi dengan hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan dari rumah.
Ada hal-hal yang jika secara kontinyu kita lakukan selama 2 minggu berturut-turut akan menjadi kebiasaan. Ada beberapa hal sudah aku lakukan diantaranya :
- Mengompos.
Butuh trial beberapa kali untuk menemukan metode yang pas dengan situasi rumah. Akhirnya memilih dengan cara menggunakan ember bekas yang dipendam ½ bagian kedalam tanah serta diberi bolongan dibeberapa bagian bawahnya.
Tidak muluk-muluk end goalnya, karena semua yang berasal dari tanah sudah sewajarnya kita kembalikan ke tanah lagi. Kadang diaduk kalo ingat, kadang diberi layer daun kering kalau sempat. But it’s turn out sampah organik itu akan terurai dengan sendirinya, menyusut. Kalau sudah lama ada di ember, tinggal kita keluarkan saja kompos itu dan sebar di area yg kita inginkan.
Kenapa harus mengompos dirumah? Menurut situs zerowaste.id ada 3 alasan yaitu mengurangi jejak karbon dari kendaraan pengangkut sampah, menjadi lebih bersyukur dengan melihat langsung proses alami yang terjadi di alam serta memberikan nutrisi tanah dan makhluk yang ada didalamnya.
Kebiasaan yang mulai kulakukan sejak pertengahan pandemi covid-19, bukan lagi hanya menjadi kebiasaan. Tapi lebih seperti merupakan keharusan.
- Regrow
Setelah mengompos, kegiatan yang masih on/off adalah regrow tanaman sayur. Yang paling mudah dilakukan adalah menanam kembali pangkal batang daun bawang. Segera setelah pulang dari pasar, langsung memotong pangkal daun bawang sekitar 7-10 cm lalu letakkan di wadah yang berisi 1/3 air. Biasanya paling cepat 2 hari setelah itu baru aku tanam di pot. Ada beberapa tanaman lain yang bisa kita tanam kembali dirumah seperti sawi pakcoy, wortel, selada, dan beberapa sayuran lainnya.
- Menyiram tanaman dengan air cucian beras.
Dari kecil, aku sudah sering mendengar ibuku selalu men-sounding kami tentang kehebatan air cucian beras ini pada tanaman anggrek. “percaya deh, kalo disiram pake air leri ini pasti cepet berbunga plus ditambahin micin sedikit”.
Baiklah, karena dirumah ini belum ada tanaman anggrek, jadilah kusiram untuk tanaman yang kami punya. Memang terbukti tumbuh subur dan cepat beranak pinak atau berbuah. Tanaman lidah mertua cepat sekali tumbuh tunas baru dan tanaman buah tin juga buahnya lumayan bertambah banyak.
Sekarang, mencuci beras di pagi hari menjadi salah satu aktivitas yang dinanti-nanti. Air cucian beras yang semula adalah limbah kini menjadi “makanan” penting untuk tanaman dirumah.
- Manajemen Sampah.
Memilih sampah yang punya nilai jual. Sebenarnya kebiasaan ini sudah dilakukan lama sekali dirumah sejak kami mendirikan minimart di lantai bawah dan beberapa kamar kos di area belakang. Tumpukan kardus dan sampah botol minuman yang selalu ada akhirnya kami kumpulkan disatu tempat. Secara berkala setelah dipandang cukup banyak biasanya karyawan dirumah akan menjual dan membagi uang itu ke sesama karyawan. Aku? Cukup melihat “sampah” itu terjual saja sudah happy. Definisi “Sampah ada nilai cuannya is real’
- Food Preparation.
Belum banyak yang kulakukan dengan food preparation. Hanya yang sudah dilakukan beberapa kali adalah membuat brokoli beku. Brokoli termasuk sayuran yang banyak khasiatnya namun cepat menguning. Sulit sekali untuk disiplin agar tidak membuang sayuran secara percuma karena keburu rusak. Terinspirasi dari frozen vegetable yang dijual di supermarket akupun trial mencari metode pas untuk membekukan brokoli. Berikut aku share versi aku :
- Brokoli dipotong-potong sesuai selera.
- Rebus dalam air mendidih cepat saja (2 menit)
- Segera tiriskan lalu siram dengan air suhu biasa sampai panas pada brokoli berkurang banyak.
- Taruh dengan berjejer di atas nampan, jangan sampai bertindihan. Lalu masukkan nampan tersebut ke dalam freezer selama 15-20 menit. Setelah mulai membeku, pindahkan ke dalam wadah kedap udara. Simpan brokoli dalam freezer.
- That’s it.
Perlu diakui masih banyak yang perlu dilakukan sebagai manusia terhadap bumi. Seperti masih belum memasang solar panel dirumah, masih memakai produk plastik sekali pakai dan belum memakai mobil listrik. I am sorry, my dear earth. I promise, will do better. How about you, guys?
Satu Komentar
Handoko
Saya peternak domba, utk mengurangi proses terjadinya amoniak yg menyebabkan bau kandang dan produksi gas metan yg tdk ramah utk lingkungan…kotoran domba dan urin hrs segera dipisah….kebiasaan setiap pagi mengumpulkan mendhil (kotoran domba padat) ke dalam karung…merupakan salah satu kebiasaan baik…selain baik utk lingkungan juga baik utk menambah penghasilan…bisa dijual utk pupuk kandang